Powered By Blogger

Sabtu, 11 Juni 2011

Mangrove

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kaya dan menjadi salah satu sumberdaya yang produktif.
Hutan mangrove sebagai salah satu sumberdaya kelautan mempunyai peranan yang cukup panting. Secara ekologis berbagai jenis hewan laut hidup di daerah mangrove.

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah :
1.Mengetahui, Mangrove jenis apa sajakah yang terdapat pada ekosistem mangrove di Teluk Awur
2.Mengetahui fauna yang hidup pada ekosistem mangrove dan apa pengaruhnya terhadap tumbuhan mangrove.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mangrove
Asal kata “mangrove” tidak diketahui secara jelas dan terdapat beberapa pendapat mengenai asal-usulnya (Rusila Noor et al., 1999). Macnae(1968) mengatakan “mangrove” merupakan perpaduan antara bahasa portugis ‘mangue’ dan bahasa inggris ‘grove’. Sementara Mastaller (1997) dalam Rusila Noor et al., (1999) mengatakan kata “mangrove” berasal dari bahasa melayu kuno ‘mangi-mangi’ yang digunakan untuk menerangkan marga Avicennia yang masih digunakan sampai saat ini di Indonesia bagian timur.

Kata “Mangrove” berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal (Tomlinson,1994; Kitamura et al., 1997). Daerah inetrtidal sendiri adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti pantai, estuari, laguna dan river banks (English et al., 1997). Komunitas tumbuhan ini terdiri ari berbagai jenis pohon kayu dan semak yang mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan peralihan antara daratan dan lautan (Hogart, 1999). Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai di pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, disepanjang delta dan estuari yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan (Macnae, 1968).

Manfaat hutan mangrove dan elemen-elemennya baik secara langsung maupun tidak langsung mencakup berbagai sektor. Secara fisik hutan mangrove dengan sistem perakarannya yang kokoh mampu melindungi dan menjaga stbilitas pantai (Budiman dan Suhardjo, 1992).

Secara ekologis ekosistem mangrove merupakan habitat alami, daerah pemijahan (spawning ground) serta daerah mencari makan (feeding ground) bagi berbagai jenis biota laut seperti ikan,krustacea dan gastropod dan biota darat seperti burung,reptil dan mamalia. Mangrove menyediakan habitata bagi berbagai jenis biota laut yang bersifat ekonomis dan bersifat kritis dalam daur hidup mereka. Ekosistem mangrove juga dapat berfungsi sebagai tempat asuhan (nursery ground) pada beberapa kasus (Tomlinson, 1994).

Selain itu mangrove sebagai suatu sumberdaya juga sering dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi bahan bangunan pantai, bahan baku industri bahan bakar dan perikanan (Budiman dan Suhardjono, 1992).


2.2. Struktur dan Adaptasi
Mangrove Terdiri dari 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xilocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk dalam 8 famili yang berbeda (Nybakken, 1988).

Vegetasi Hutan Mangrove memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis yang tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun tidak semua jenis mangrove dapat ditemukan pada ekosistem mangrove, paling tidak didalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati yang dominan pada hutan mangrove, sepeti famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Meliaceae (Bengen, 1999).

Mangrove tertentu, seperti Rhizophora sp dan Bruguiera sp mempunyai daur hidup khusus yang diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu tersebut, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah menjadi lebih berat sehingga terlepas dari induknya dan selanjutnya jatuh dan mengapung pada permukaan air, yang selanjtya terbawa oleh arus ke perairan yang cukup dangkal dimana ujung akar dapat mencapai dasar perairan untuk selanjutnya akar dipancangkan dan secara bertahap tumbuh menjadi akar. Adapula propagul atau buah mangrove jenis Rhizophoraceae yang lepas dari induk dan jatuk keperairan dan langsung menancap ke substrat yang kemudian tumbuh akar yang selanjutnya menjadi pohon (Bengen, 1999)

Mangrove mempunyai sejumlah adaptasi morfologis dan fisiologis khusus yang memungkinkan mereka dapat tumbuh di wilayah yang berlumpur dan dipengaruhi oleh pasang surut yang relatif asin, Anatara lain dengan daur hidup yang khas yaitu vivipari pada jenis Rhizophoraceae,dimana fase perkecambahan terjadi dipohon induk sedangkan Aegiceras dan Avicennia memiliki bentuk reproduksi yang disebut kriptovivipari, dimana fase perkecambahan (germination) terjadi dipohon induk tetapi masih tertutup oleh kulit buahnya (Hogart, 1999).

Mangrove juga memiliki sistem perakaran yang unik dan khas agar dapat hidup di lingkungan yang berlumpur anoksik (Hogart, 1999). Perakaran mangrove secara fisiologis merupakan adapitasi terhadap lingkungan air laut. Scholander dalam Tomlinson (1994) menyatakan bahwa proses pemisahan garam seharusnya terjadi pada ujung akar dan dibantu oleh proses fisiknya. Tomlinson memberikan contoh ultrafiltration yang terjadi ada Aegieras dan Avicennia dimana proses ini menolak 90% pada akar dan meningkat menjadi 97% pada lingkungan yang salinitasnya semakin tinggi.
Bentuk adaptasi lainnya adalah struktur daun yang meiliki kelenjar garam atau salt gland, bagian atas daun Avicennia, Ceriops dan aegiceras terasa asin jika dijilat dan terkadang memperlihatkan kristal-kristal garam dan bagian bawah daun Avicennia tertutup oleh bulu-bulu untuk membantu sekresi air asin dari permukaan daun (Osborne dan Berjak, 1997 dalam Hogart,1999). Tomlinson (1994) menambahkan bahwa proses pengeluaran garam juga dilakukan oleh semua jenis mangrove dengan cara menggugurkan daunnya

2.3. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Menurut Bengen (1999) komunitas hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar bagi ekosistem perairan, antara lain :
a.Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
b.Penghasil detritus dari daun mangrove dan dahan pohon mangrove
c.Daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground) ikan, udang dan biota lainnya, dan sebagai daerah mencari makan ( feeding ground).
d.Penghasil kayu dan bahan baku kertas.
e.Sebagai tempat pariwisata.

2.4. Kondisi Fisik Hutan Mangrove
Nybakken (1988) menyatakan bahwasannya kondisi yang mencolok pad ekosistem mangrove adalah terjadinya pendangkalan atau sedimentasi yang sangat tinggi dikarenakan daerah tempat tumbuh mangrove minim atau tidak ada gelombang dan sistem perakaran mangrove yang khas yang menyebabkan air mengalir menjadi lambat karena minim angin sehingga partikel-partikel sedimen lebih cenderung mengendap dan terjadilah proses sedimentasi yang sangat tinggi karena partikel sedimen sulit mengalir keluar. Sirkulasi yang minimal dan Bakteri yang banyak menyebabkan lingkungan bersifat jenuh. Kelimpahan atau banyaknya bakteri disebabkan karena banyaknya sersah daun mangrove yang jatuh dan merangsang bakteri untuk mengurai sersah tersebut. Dalam proses ini bakteri banyak mengkonsumsi oksigen terlarut dalm perairan.

2.5. Elemen Vegetasi Mangrove
Flora vegetasi mangrve menurut Tomlinson (1994) terbagi menjadi tiga elemen berdasarkan ciri morfologi dan tempat tumbuh, yaitu elemen mayor atau mangrove sejati, elemen minor dan elemen asosiasi. Ciri-ciri elemen mayor yaitu membentuk tegakan murni, mebentuk morfologi khusus untuk beradaptasi dlam lingkungannya, yang sangat jelas adalah akar nafas, berasosiasi dengan pertukaran gas, memiliki mekanisme pengeluaran garam yang sangat khas.

Terdapat 9 genera dari 5 famili yang termasuk dalam elemen mayor, yaitu Genus Avicennia, Laguncularia, Lumnitzera, Nypa, Buguiera, Ceriops, Rhizophora, Sonneratia dan Kandelia. Tetapi perlu dijadikan catatan bahwa terdapat inkonsistensi dalam penggolongan tersebut, seperti contoh Aegiceras sp memiliki mekanisme pengeluaran garam yang termasuk dalam elemen minor (Tomlinson, 1994).

Elemen minor biasanya tidak membentuk elemen vegetasi yang mencolok tetapi hanya dijumpai ditepian habitat mangrove dan jarang membentuk tegakan murni, contohnya : Pempis acidula, Aegiceras corniculatum, Excoecaria agallocha dan Xylocarpus granatum.

Elemen Asosiasi jarang ditemukan tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan terkadang hanya terdapat pada vegetasi terestrial, contohnya Sesuvium portulacastrum, Ipomoea pes-caprae, Calotropis gigantea (Tomlinson, 1994; Kitamura et al., 1997).

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mangrove
Perkembangan atau Perkembangbiakan mangrove banyak dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi serta aktifitas manusia, faktor-faktor tersebut antara lain;
1. Suhu
Mangrove tumbuh subur pada daerahh tropis dengan suhu udara lebih dari 20o C

2. Salinitas
Hogart (1999) menyatakan bahwa mangrove memiliki tipikal tumbuh pada lingkungan dengan salinitas diantara air tawar dan air laut optimum untuk pertumbuhan diantara 28-34 ppt (Aksomkoae, 1993).
Mangrove merupakan tumbuhan halophyta yang bersifat euryhalin dimana mampu bertahn hidup pada lingkungan bersalinitas tinggi namun jika kondisi salinitas tinggi terus menerus dapat menyebabkan kematian pada mangrove.

3. Pasang Surut
Mangrove sangat khas hidup di daerah pasang surut, oleh karena itu arus laut akan menambah benih mangrove dan pembawa nutrien bagi mangrove ( Chapman, 1984)

4. Substrat
Mangrove dapat tumbuh pada substrat berlumpur, berpasir atau pecahan karang, tetapi mangrove paling banyak ditemukan pada daerah yang bersubstrat lumpur seperti pada laguna, delta, teluk dan estuari (chapman, 1984).

5. Perlindungan Terhadap Aksi Gelombang
Gelombang yang besar sangat mempengaruhi dan termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi siklus hidup mangrove karena semaian mangrove yang akarnya belum kuat dapat rusak dan mati karena arus gelombangnya yang besar.

6. Kompetesi Antar Vegetasi
Menurut Tomlinson (1994) kompetensi antar vegetasi adalah salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya Zonasi mangrove.

7. Aktifitas Manusia
Aktifitas manusia sanga mempengaruhi regenerasi mangrove, karena sejauh ini banyak kerusakan yang disebabkan oleh ulah manusia baik penebangan maupun aktifitas limbah pabrik yang semakin menjadi pencemaran pada lingkungan mangrove.

2.7. Zonasi Mangrove
Bengen (1999) mengemukakan bahwa daerah yang paling dekat dengan laut, substrat agak berpasir sering ditumbuhi oleh Avicennia. Pada zona ini biasanya berasosiasi Sonneratia yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik. Lebih kearah darat, hutan mangrove umumnya dijumpai Rhizophora dan pada zona ini biasanya dijumpai Bruguiera dan Xylocarpus, zona transisi biasanya ditumbuhi oleh Nypa fruticans yang termasuk jenis palem.

2.8. Biota Mangrove
Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti primata, reptil dan burung, gastropod. Selain sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan mangrove juga tempat berkembangbiak bagi burung air dan habitat penting bagi ikan dan krustacea yang penting yang bersifat ekonomis.

2.9. Suksesi dan Kematian
Menurut Nybakken (1988) kematian mangrove disebabkan oleh perubahan iklim dan aktifitas manusia. Perubahan iklim yang sangat ekstrim sangat berpengruh pada rantai ekosistem mangrove. Ombak dan angin yang besar dapat mencabut dan menghanyutkan mangrove, pencemaran lingkungan juga dapt menghambat pertumbuhan bahkan bisa mematikan mangrove.

BAB III
MATERI DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ekositem Mangrove dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2011
Pukul : 09.45 WIB s/d selesai
Tempat : Pantai Teluk Awur, Jepara dan Laboraturium Biologi Kampus Teluk Awur Jurusan Ilmu Kelautan FPIK Universitas Diponegoro

3.2. Alat
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah
o Transek 1 x 1 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m, roll meter atau tali raffia 100 m
o Kamera digital
o Buku Identifikasi
o Alat tulis (kertas/buku,pensil,pen,pengaris).

3.3. Cara Kerja
oPasang transek kuadran ukuran 1 x 1 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m pada titik atau stasiun yang telah ditentukan.
oHitung banyak jenis atau spesies mangrove yang terdapat didalam transek kuadran ukuran 1 x 1 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m.
oMengambil biota mangrove yang terdapat didalam transek kuadran.
oMengambil sampel daun mangrove dari masing – masing jenis mangrove dan kemudian identifikasikan ciri-cirinya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4 . 1. Hasil
Pada praktikum Keanekaragaman Hayati Laut tentang Ekosistem Mangrove di dapat hasil sebagai berikut ;

a.Transek kuadran ukuran 1m x 1m
o Terdapat 2 jenis seedling atau anakan (dengan ketinggian < 1m) jenis Bruguiera
b.Transek kuadran ukuran 5m x 5m, terdapat :
o Jenis Rhizipora mucronata : 11 pohon
o Jenis Bruguiera : 102 pohon
o Jenis Lumnitzera racemosa : 8 pohon
o Jenis Rhizopora apiculata : 1 pohon
c. Transek kuadran ukuran 10m x 10m, terdapat :
o Jenis Bruguiera : 129 pohon
o Jenis Aigiseras : 6 pohon
o Jenis Rhizopora mucronata : 33 pohon
o Jenis Rhizopora apiculata : 2 pohon

4 . 1.1. Flora
Pada Ekosistem Mangrove yang terdapat 8 jenis flora mangrove yang ada di dalam transek kuadran, yaitu ;
1. Bruguiera cylindrica
2. Rhizophora apiculata
3. Rhizophora mucronata
4. Excoecaria agallocha
5. Ipomoea Pes-caprae
6. Achantus ilicifolius
7. Aegiceras corniculatum
8. Lumnitzera racemosa

4.1.2. Fauna
Fauna yang ditemukan pada ekosistem mangrove adalah Gastropoda.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Flora
1. Bruguiera cylindrica
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Ciri-ciri :
- Nama daerah : tancang putih
- Akar : lutut dan banir
- Daun :elips, Ujung meruncing, panjang 8-10cm
- Tipe Biji : vivipari
Bruguiera cylindrica termasuk janis mangrove minor karena dia biasanya dia jarang membentuk tegakan murni. Buah atau propagul spesies ini mengandung karbohidrat yang sangat tinggi dan biasanya digunakan sebagai bahan dasar panganan.

2. Rhizophora apiculata
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Ciri-ciri :
- Nama daerah : bakau
- Akar : tunjang
- Daun : elips menyempit, Ujung runcing,tulang daun merah dan panjang 9-18 cm
- Tipe Biji : vivipari
Rhizophora apiculata atau yang biasanya disebut dengan bakau merah memiliki ciri yang sangat khas yaitu memiliki tulang daun berwarna merah kecoklatan dan daun meruncing dan menyempit. Buahnya atau yang disebut propagul termasuk tipe vivipari dimana buah telah berkecambah saat di pohon, memilik perakaran yang sangat sangat rapat dan biasanya disebut dengan akar tunjang dan akar gantung.

7. Rhizophora mucronata
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Baruguiera
Ciri-ciri :
- Nama daerah : bakau
- Akar : tunjang
- Daun :tunggal bersilang,elips melebar hingga bulat memnjang, ujung meruncing, tulang daun hijau dan panjang daun 15-20 cm.
- Tipe Biji : vivipari
Rhizophora mucronata atau disebut juga dengan bakau ini memiliki tulang daun berwarna putih kekuningan, sangat mudah membedakan antara Rhizophora apiculata dengan Rhizophora mucronata yaitu dengan cara melihat akar, daun dan bunga atau buahnya.

8. Excoecaria agallocha
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Famili : Euphobiaceae
Genus : Excoecaria
Ciri-ciri :
- Nama daerah : buta-buta
- Akar : nafas
- Daun : elips , ujung runcing,mempunyai getah yang dapat membutakan sementara, panang 6-9 cm
- Tipe Biji : normal
Excoecaria agallocha atau yang biasanya di kenal dengan buta-buta termasuk jenis mangrove minor, dia memiliki getah pada daun, akar dan batangnya yang dapat membutakan sementara, biasanya masyarakat pesisir menggunakan akar buta-buta untuk mencari ikan dilaut karena akar dari buta-buta mengandung zat tanin yang bisa membuat ikan menjadi pinsan atau mati.

9. Ipomoea pes-caprae
Menurut Kitamura et., al (1997) spesies ini meiliki nama lokal katang-katang, daun kacang dan daun barah. Tumbuhan ini tumbuh merambat dan tersebar di tanah. Bunga berwarna merah berbentuk seperti terompet, soliter dan diameter hingga 10 cm. Buah berwarna coklat dengan diameter 1-2 cm bentuknya seperti kapsul. Banyak ditemukan dipantai berpasir.

10. Achantus ilicifolius
Nama lokalnya adalah jeruju. Spesies ini merupakan semak dan tingginya hingga 1,5 m. Bunganya berujung lancip berwarna biru terang atau ungu. Daunnya berbentuk sederhana dan berlawanan dengan panjang 5-15 cm dan memiliki duri yang tajam (Kitamura, 1997).

11. Aegiceras corniculatum
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Famili : Myrsinaceae
Genus : Aegiceras
Ciri-ciri :
- Nama daerah : teruntum
- Akar : nafas
- Daun : bulat telur terbalik hingga elips, ujung membundar, panjang 5-10 cm
- Tipe Biji : Kriptovivipari
Aegiceras memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap salinitas, tanah dan cahaya yang beragam. Jenis ini pada umumnya tumbuh pada tepi daratan daerah mangrove yang tergenang untuk pasang naik yang normal dan jalur payau secara musiman. Umumnya dijumpai sebagi semak belukar yang bisa hidup dengan tinggi mencapai 4 meter, daunya lonjong dengan panjang 5-10 cm dan daunnya memiliki kelenjar garam untuk mensekresi garam. Proses pengeluaran garam Sangat jelas sekali pada daun Aegiceras, biasanya diatas daun terdapat garam dan mengkilap. Mangrove ini termasuk jenis minor.

8. Lumnitzera racemosa
Ciri-ciri :
- Nama daerah : kedukduk
- Akar : nafas
- Daun : bulat telur, menyempit, ujung membundar dan panjang 3-7 cm
- Tipe Biji : normal
Lumnitzera racemosa berbentuk semak dan tingginya mencapai 5 m, buahnya berwarna kekuningan dan mengkilap dan bunganya berwarna putih (Kitamura, 1997). Daun Lumnitzera terdapat daging bila di patahkan, warna daun bisa berubah tergantung daerah dan kadar salinitas tempat hidupnya. Mangrove ini termasuk janis minor.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daearah tropik atau subtropik disepanjang pantai yang terlindung dan dapt hidup dengan toleransi salinitas yang tinggi, lama penggenangan, substrat dan morfologi pantainya.
Terdapat beberapa jenis flora mangrove yang ditemukan di teluk awur, jepara. Yaitu: Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera cylindrica, Excoecaria agallocha, Ipomoea pes-caprae, Achantus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa.
Fauna yang terdapat pada praktikum di teluk awur jepara adalah jenis gastropoda yang berfungsi untuk mangurai atau memakan sersah daun mangrove dan kemudian mengeluarkanya dalam bentuk feses sehingga substrat pada lingungan mangrove menjadi subur karena terdapat banyak nutrin dan zat hara karena proses tersebut mengingat pergerakan air pada daerah mangrove sangat lamban atau cenderung diam.

5.2 Saran
5.2.1. Sebaiknya praktikum mangrove dilakukan pada dua atau tiga tempat sehingga kita dapat membandingkan dan membedakan tingkat biodiversitasnya.
5.2.2. Sebaiknya praktikan diajari cara memilih stasiun atau titik yang akan digunakan.


DAFTAR PUSTAKA


Tomlinson, P. B. 1994. The Botany of Mangrove. Cambridge Universiy Press. UK. 419 hal

Rusila Noor, Y., M. Khazali dan I N. N. Suryadiputra.1999. apanduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP.Bogor. 220 hal

Macnae, W. 1968. A General Account of The Fauna and Flora of Mangrove Swamps ang Forest in Indo-West Pasific Region. Adv. Marine Biology. 6: 73-270

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago dan S. Baba. 1997. Handbook of Mangrove in Indonesia. Bali and Lombok. JICA/ISME.Denpasar. 119 hal

Chapman, V.J.C. 1984. Mangrove Biogeography dalm F.D. Poor dan Inka Dor (Eds). Hydrobiology of Mangal. W. Junk Publisher. Boston

Hogart, P . J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford University Press, Inc. New York. 228 hal

Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries. Biological Aspect. Vol. II Crc Press Inc. USA

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN. Bangkok. Thailand. 176 hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar