Powered By Blogger

Sabtu, 11 Juni 2011

Pantai Berpasir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebagai kawasan yang di kenal dengan daerah tropis, Indonesia memiliki sangat banyak potensi keindahan alam pantai yang menakjubkan. Keindahan tersebut merupakan paduan dari hamparan biru laut dan batas pulau yang memanjang yang di kenal dengan kawasan pesisir pantai. Sangat sering kita melihat hamparan pasir, batuan dan daerah pasang surut yang memberi kesan keindahan tersendiri. (wordpress.com)
Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilahan zona bagi kawasan ini yang banyak di pengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut. Pasang surut merupakan fenomena pantai landai yang di pengaruhi oleh gaya gravitasi bulan sebagai benda langit terdekat dengan bumi. Hingga ketinggian laut sebagai medium cair bumi pada garis pantai terlihat mencolok oleh gaya tarik tersebut. Sebagai kawasan yang dinamis, kawasan berpasir tidak hanya indah namun unik karena pola pembatasan yang terpilah tersendiri. (wordpress.com)

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengidentifikasi biota-biota yang hidup pada ekosistem pantai berpasir.
1.2.2 Untuk mengetahui hubungan/interaksi dan keterkaitan antara biota yang ditemukan dengan ekosistem pantai berpasir.
1.2.3 Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman dan dominasi suatu biota pada ekosistem pantai berpasir.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Pantai Berpasir
Kita dapat membagi kawasan pantai berpasir sebagai kawasan pasang surut karena sangat dipengaruhi oleh pola naik dan surutnya air laut kedalam tiga zona yang merupakan pemilahan dari pola pergerakan pasang surut dan hempasan riak gelombang yang dinamis tersebut. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut (supratidal), Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal). (wikipedia.org)
Zona intertidal sesekali terendam oleh air saat pasang dan sesekali terjemur oleh teriknya matahari saat surut. Pada kawasan supratidal dan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang bergerak cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan atau mengubur diri kedalam pasir seperti beberapa jenis kerang-kerangan (bivalve) dan cacing pantai (Annelida). Khusus pada zona intertidal, hewan-hewan yang membanamkan diri pada pasir (infauna) lebih banyak di jumpai di bandingkan dengan daerah subtidal yang di dominasi oleh hewan-hewan kecil yang hidup di atas permukaan pasir (epifauna). (wikipedia.org)
2.2 Karateristik Pantai Berpasir
 Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung.
 Dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan.
 Total bahan organik dan organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jenis pantai lainnya.

Pantai berpasir didominasi oleh 3 kelas invertebrata :
- Cacing policaeta
- Molusca bivalvia
- Crustacea (wikipedia.org)
2.3 Fungsi
 Tempat beberapa biota meletakkan telurnya
 Tidak dapat menahan air dengan baik karena sedimennya yang kasar akibatnya lapisan permukannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm di bagian atas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut. (scribd.com)
2.4 Parameter Lingkungan
 Pola arus yang akan mengankut pasir yang halus
 Gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai
 Angin yang juga merupakan pengangkut pasir. (scribd.com)



BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2011
Tempat Pelaksanaan : Pantai Marine Station, Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah

3.2 Alat dan Bahan
Transek kuadran
Kamera digital
Rafia 100m
Masker dan snorkel
Gayung
Plastik
Sekop
Ayakan
Alat tulis (pensil, kertas HVS, dll)

3.3 Cara Kerja
1. Mengukur dan mencatat parameter kualitas air dengan DO meter, pH meter, thermometer, dan refraktometer
2. Pasang tali raffia sepanjang 100 m yang telah ditandai setiap 1 m tegak lurus garis pantai.
3. Catat panjangnya daerah pantai berpasir.
4. Pasang transek kuadran pada titik-titik stasiun yang telah ditentukan yaitu pada titik yang dengan pantai, titik pertengahan dan titik yang terjauh dari pantai.
5. Amati jenis biota yang terlihat pada tiap-tiap subtransek.
6. Ambil substrat dengan kedalaman 10 cm pada tiap-tiap subtransek.
7. Ayak substrat tersebut dengan air untuk mendapatkan biota yang hidup di dalam pasir.
8. Hitung jumlah biota pada setiap transek.
9. Gambarlah setiap biota yang ditentukan.
10. Hitung indeks keanekaragaman dengan rumus :
H’ = -∑(ni/N)Ln(ni/N)
Dimana : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
N = Jumlah total individu
ni = Jumlah individu tiap species ke-i
H’<1 : Indeks Keanekaragaman rendah 1≤H’≤3 : Indeks Keanekaragaman sedang H’>3 : Indeks Keanekaragaman tinggi
11. Hitung indeks dominasi dengan rumus :
C = ∑(ni/N)²
Dimana : C = Indeks Dominansi
n = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah seluruh individu

C<0,5 : Dominasi rendah 0,5≤C≤1 : Dominasi sedang C>1 : Dominasi tinggi
12. Lakukan hal yang sama untuk bagian transek yang sejajar garis pantai.
13. Catat lebarnya substrat berpasirnya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum dengan menggunakan transek kuadran yang ditempatkan pada jarak teretentu yaitu titik yang dekat dengan pantai, titik pertengahan, dan titik yang terjauh dari pantai, diperoleh data sebagai berikut
A1 A2 A3 A4
A8 A7 A6 A5
A9 A10 A11 A12
A16 A15 A14 A13

 Stasiun 1
A1 = - A2 = - A3 = - A4 = -
A8 = - A7 = - A6 = - A5 = -
A9 = - A10 = - A11 = - A12 = -
A16 = -
A15 = -
A14 = - A13 = -
Hanya ditemukan pecahan karang dengan substrat berpasir
 Stasiun 2
A1 =
Bivalvia (1) A2 = - A3 = - A4 =-
A8 = - A7 =
A6 =
A5 = -
A9 =
Bivalvia (1) A10 = - A11 = - A12 =
Bivalvia (1)
A16 = -
A15 =
Rumput laut (2) A14 =
Bivalvia (1) A13 = -




 Stasiun 3
A1 =
Rumput laut (1) A2 =
Bivalvia (1)
Rumput laut (1) A3 =
Bivalvia (1) A4 = Gastropoda (1)
A8 =
Rumput laut (1) A7 =
Rumput laut (1) A6 = - A5 = Rumput laut (1)
A9 = - A10 =
Gastropoda (1) A11 = - A12 =
Gastropoda (1)
A16 =
Bivalvia (1) A15 =
rumput laut (2) A14 =
Bivalvia (1) A13 =
Bivalvia
(1)

• Indeks Keanekaragaman :
a) Stasiun 1
H’ = ─∑(ni / N)Ln(ni / N)
= - ∑ (0/0) Ln (0/0)
= 0
H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah
b) Stasiun 2
* Bivalvia
H’ = ─∑(ni / N)Ln(ni / N)
= - ∑ (4/6) Ln (4/6)
= 0,27
H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah

* Rumput Laut
H’ = ─∑(ni / N)Ln(ni / N)
= - ∑(2/6)Ln(2/6)
= 0,37
H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah
c) Stasiun 3

* Bivalvia
H’= ─∑(ni / N)Ln(ni / N)
= - ∑(5/15)Ln(5/15)
= 0,366
H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah
* Rumput Laut
H’= ─∑(ni / N)Ln(ni / N)
= - ∑(7/15)Ln(7/15)
= 0,356
H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah
* Gastropoda
H’= ─∑(ni / N)Ln(ni / N)
= - ∑(3/15)Ln(3/15)
= 0,321
H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah

• Indeks Dominasi
a) Stasiun 1
C = ∑(ni/N)2
= ∑(0/0)2
= 0
C<1 : Dominansi rendah
b) Stasiun 2
* Bivalvia
C = ∑(ni/N)2
= ∑(4/6)2
= 0,44
C<1 : Dominansi rendah




* Rumput Laut
C = ∑(ni/N)2
= ∑(2/6)2
= 0,111
C<1 : Dominansi rendah
c) Stasiun 3
* Bivalvia
C = ∑(ni/N)2
= ∑(5/15)2
= 0,111
C<1 : Dominansi rendah
* Rumput Laut
C = ∑(ni/N)2
= ∑(7/15)2
= 0,218
C<1 : Dominansi rendah
* Gastropoda
C = ∑(ni/N)2
= ∑(3/15)2
= 0,04
C<1 : Dominansi rendah

• Parameter Oseanografi
Salinitas : 38 o/oo
pH : 5,28
Suhu : 25oC

4.2 Pembahasan
Praktikum ekosistem pantai berpasir dilakukan dengan beberapa tujuan, diantaranya untuk mengidentifikasi biota-biota yang hidup pada ekosistem pantai berpasir, untuk mengetahui hubungan atau interaksi dan keterikatan antara biota yang ditemukan dengan ekosistem pantai berpasir, dan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman dan dominansi suatu biota pada ekosistem pantai berpasir. Untuk dapat menjawab semua tujuan tersebut praktikum dilihat dari dua aspek yaitu aspek oseanografi biologi dan aspek keanekaragaman hayati laut. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil yang dipengaruhi oleh kedua aspek tersebut.

4.2.1 Aspek Oseanografi Biologi
Daerah pantai berpasir merupakan daerah yang selalu terkena hempasan gelombang laut. keberadaan biota-biota pada ekosistem pantai berpasir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
1. Faktor fisika
Adanya pasang surut maka menyebabkan faktor pembatas pada ekosistem pantai berpasir. Faktor pembatas ini yaitu kekeringan, suhu, dan sinar matahari. Ketiga faktor ini saling terkait. Jika laut surut maka daerah pantai terekspose oleh sinar matahari, akibatnya suhu meningkat. Suhu yang meningkat menyebabkan penguapan dan dampaknya menjadi kering. Selain itu keadaan pH dan salinitas pun akan mempengaruhi keadaan biota-biota yang ada pada ekosistem pantai berpasir.
2. Faktor Biologis
Faktor ini tergantung dari faktor fisik perairan. Organisme berusaha untuk menyesuaikan diri pada keadaan yang sangat ekstrim tersebut. Ada berbagai macam cara organisme pantai berpasir menyesuaikan diri dengan lingkungannya salah satunya dengan mengubur diri atau memodifikasi bentuk cangkang agar dapat hidup pada daerah kering.

4.2.2 Aspek Keanekaragaman Hayati Laut
Biota yang ditemukan di ekosistem pantai berpasir adalah Bivalvia, Gastropoda, dan rumput laut.
1. Bivalvia
Bivalvia merupakan kelas dari Mollusca. Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya. Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.

Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung, lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, dan lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel. Kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air.

Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Spesies Bivalvia yang ditemukan diantaranya adalah Barbatia candida (www.edu2000.org).
• Barbatia candida
Kerajaan : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Pteriomorpha
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Barbatia
Spesies : Barbatia candida

2. Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas dari filum Mollusca yang memiliki ukuran relatif besar. Nama Gastropoda berarti kaki perut ( gaster : perut; pous : kaki). Cangkangnya asimetri dan biasanya menggulung seperti ulir memutar ke kanan. Hewan ini menggendong cangkang, kakinya besar dan lebar untuk mrayap di batu atau mengeduk pasir atau lumpur. Gastropoda bernapas dengan epidermis pada struktur seperti insang. Warna hewan ini cerah dan indah dalam keadaan hidup atau segar dan tidak demikian jika diawetkan (Kasijan, 2009).
Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris . spesies Gastropoda yang ditemukan diantaranya Buccinulum corneum (www.edu2000.org).

• Buccinulum corneum
Kerajaan : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastroproda
Subkelas : Orthogastropoda
Ordo : Neogastropoda
Famili : Buccinidae
Genus : Buccinulum
Spesies : Buccinulum corneum

3. Rumput Laut
Rumput laut yang ditemukan adalah dari jenis padina. Padina memiliki bentuk seperti kipas membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis brambut radial dan perkampuran di bagian permukaan daun. Padina berwarna coklat kekuning-kuningan atau kadang memutih karena terdapat kapur. Padina tersebar luas di perairan Pasifik Selatan dan Perairan Samudra Hindia. Mudah ditemukan di Indonesia (www.iptek.net.id).

Kerajaan : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyoles
Famili : Dictyotaceae
Genus : Padina
Berdasarkan tempat hidup hewan-hewan akuatik dibagi menjadi epifauna dan epifauna. Epifauna yaitu hewan yang hidup di atas permukaan sedimen atau tanah. Sedangkan Infauna adalah hewan akuatik yang hidup di dasar substratum, bukan di permukaannya. Biasanya, hewan infauna semakin jarang ditemukan seiring bertambahnya kedalam air dan jaraknya dari garis pantai. Bivalvia dan Gastropoda merupakan contoh hewan-hewan epifauna. Karena hewan ini hidup diatas permukaan sedimen yaitu berupa pasir.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat dapat disimpulkan bahwa
1. Biota-biota yang hidup pada ekosistem berpasir diantara adalah hewan-hewan dari filum Mollusca diantaranya dari kelas Bivalvia dan Gastropoda, Selain itu ditemukan juga rumput laut dari jenis Padina.
2. Keberadaan biota-biota ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisika dan faktor biologis
3. Tingkat keanekaragaman ekosistem pantai berpasir di Teluk Awur rendah karena H’<1. Dan tingkat dominasi setiap biota juga rendah karena C < 0,5.

DAFTAR PUSTAKA

Kasijan. 2009. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_alga/index.php?alga=coklat&id=8. Diakses pada 6 juni 2011.
http://www.edu2000.org/portal/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=269. Diakses pada 6 Juni 2011.
Wikipedia.org. Diakses pada 5 Juni 2011
Wordpress.com. Diakses pada 5 Juni 2011

1 komentar: