Powered By Blogger

Sabtu, 11 Juni 2011

Uji Lemak / Minyak

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu minyak dan lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapat hampir di semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang ditambahkan ke dalam pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu (Budiyanto, 2005).

Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfungsi sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-obatan (misalnya minyak ikan), sebagai pengkilap cat (terutama yang berasal dari golongan minyak mengering) (Almatsier, 2004 ).

Dengan mengetahui berbagai manfaat dari lemak, kita dapat memanfaatkan segala potensi yang ada dalam lemak tersebut. Oleh karenanya dilakukan beberapa uji pada lemak dalam praktikum ini. Pada Praktikum ini di lakukan 3 uji terhadap lemak, yaitu penentuan bilangan penyabunan, penentuan bilangan asam, dan uji kelarutan lemak.Dalam penentuan bilangan penyabunan dapat di ketahui seberapa besar bilangan saponifikasi dari lemak yang di amati. Dengan mengetahui bilangan saponifikasi dari lemak kita dapat mengetahui seberapa banyak gliserol yang ada di dalam lemak/ minyak. Sedangkan dalam penentuan bilangan asam, dapat diketahui jumlah asam lemak yang terkandung dalam suatu lemak/minyak. Pada dasarnya kedua uji tersebut bermanfaat untuk menentukan besarnya zat-zat penyusun lemak yaitu gliserol dan asam lemak. Lain halnya dalam uji kelarutan, Dalam Uji kelarutan minyak/lemak dapat diketahui apakah minyak dapat larut dalam pelarut polar dan/ atau non-polar.Dengan mempelajari tentang lemak kita dapat memaksimalkan pemanfaatan dari lemak itu sendiri serta mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan olehnya sehingga untuk masa yang akan datang dapat menguntungkan bagi kelangsungan hidup diri kita sendiri ataupun orang lain disekitar kita (Poedjiadi, 1994).

Tujuan
Menentukan bilangan penyabunan dan bilangan asam minyak atau lemak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lipid
Lipid adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Lemak juga bersifat hidrofobik atau takut air atau tidak dapat bersatu dengan air (Robert and Gerald, 1996).
Lipid (dari kata yunani Lipos. Lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. lipid tidak bisa larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak/ minyak ialah trigliserida, yaitu trimester dari dliserol. Asam lemak ialah asam yang diperoleh dari proses penyabunan lemak/ minyak (Hart, 2003).
Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi (smk3ae.wordpress.com).

Perbedaan Lipid dengan Minyak
Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada temperatur 21º - 25ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim dingin dan dibawah temperatur kamar di daerah tropis (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Struktur Kimia
Minyak / lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak.

R1,R2, R3 adalah gugus alkil mungkin saja sama atau juga beda. Gugus alkil tersebut dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikanatanrangkap) dan tidak jenuh (terdapat ikan rangkap).
(Hart, 2003)

Biosintesa Lipid
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai asam lemak esensial karena tidak memiliki enzim untuk menghasilkannya.Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi. Kompleks-enzim asilsintase III (KAS-III) memadukan malonil-ACP (3C) dan asetil-KoA (2C) menjadi butiril-ACP (4C) melalui empat tahap (kondensasi, reduksi, dehidrasi, reduksi) yang masing-masing memiliki enzim tersendiri.

Pemanjangan selanjutnya dilakukan secara bertahap, 2C setiap tahapnya, menggunakan malonil-KoA, oleh KAS-I atau KAS-IV. KAS-I melakukan pemanjangan hingga 16C, sementara KAS-IV hanya mencapai 10C. Mulai dari 8C, di setiap tahap pemanjangan gugus ACP dapat dilepas oleh enzim tioesterase untuk menghasilkan asam lemak jenuh bebas dan ACP. Asam lemak bebas ini kemudian dikeluarkan dari kloroplas untuk diproses lebih lanjut di sitoplasma, yang dapat berupa pembentukan ikatan ganda atau esterifikasi dengan gliserol menjadi trigliserida (minyak atau lemak).

Pemanjangan lebih lanjut hanya terjadi bila terdapat KAS-II di kloroplas, yang memanjangkan palmitil-ACP (16C) menjadi stearil-ACP (18C). Enzim Δ9-desaturase kemudian membentuk ikatan ganda, menghasilkan oleil-ACP. Enzim tioesterase lalu melepas gugus ACP dari oleat. Selanjutnya, oleat keluar dari kloroplas untuk mengalami perpanjangan lebih lanjut.
(Wikipedia Indonesia)

Biosintesis asam lemak alami sebenarnya merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi.Kompleks-enzim asilsintase III (KAS-III) memadukan malonil-ACP (3C) dan asetil-KoA (2C) menjadi butiril-ACP (4C) melalui empat tahap (kondensasi, reduksi, dehidrasi, reduksi) yang masing-masing memiliki enzim tersendiri (www.lipi.go.id).

Sifat Fisika dan Kimia Lipid
1. Sifat Fisik
Titik lebur relatif rendah, tetapi masih lebih tinggi daripada temperatur pada saat menjadi padat kembali.
Makin panjang rantai C asam lemak penyusun →titik lebur.
Tidak larut dalam air. Larut dalam pelarut organik (ether, chloroform, PE, CCl4, alkohol panas), sedikit larut dalam alkohol dingin.
Berat jenis lemak padat 0,86.
Berat jenis lemak cair 0,915-0,940 .
Lemak murni tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, bersifat netral.
(Lehninger, A. L. 1990)

Sifat Kimia
Lemak netral tidak larut dalam air, akan tetapi akan larut pada pelarut – pelarut lemak.
a) Reaksi hidrolisa
-Dengan katalis oksida (ZnO) tekanan 8 – 10 atm suhu 180oC. Hasil hidrolisa berupa asam lemak dan gliserol.
-Dengan katalis basa (KOH/NaOH) : Mula-mula terbentuk gliserol dan asam lemak. Selanjutnya asam lemak bereaksi dengan basa membentuk garam sabun.
-Dengan katalis enzim : Berlangsung pada pH 7,5-8,5, suhu 36oC-40oC. Reaksi hidrolisa berlangsung tidak spontan. Mula2 trigliserida terhidrolisa menjadi digliserida→ monogliserida terhidrolisa menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Titik lebur lemak bisa dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya ikatan rangkap dari asam lemak yang menjadi penyusunnya.
(Lehninger, A. L. 1990)

Klasifikasi Lipid
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alcohol.
Contoh : lemak atau gliserida dan lilin (waxes)
Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan.
Contoh : fosfolipid, serebrosida
Derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkanoleh hasil hidrolisis lipid.
Contoh : asam lemak, gliserol dan sterol

Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni :
Lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa
Contoh : lemak,

Lipid yang tidak dapat disabunkan, yakni tidak dapt dihidrolisis dengan basa
Contoh : steroid
(Poedjiadi, 1994)

Berdasarkan strukturnya
Lemak sederhana (simple lipids)
Ester lemak – alkohol
Contoh : ester gliserida, lemak, dan malam.
Lemak komplek (composite lipids & sphingolipids)
Ester lemak – non alkohol
Contoh : fosfolipid, glikolipid, aminolipid, lipoprotein.
Turunan lemak (derived lipids)
Contoh : asam lemak, gliserol, keton, hormon, vitamin larut lemak, steroid, karotenoid, aldehid asam lemak, lilin dan hidrokarbon.

Berdasarkan kejenuhannya
Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Contohnya ialah : asam butirat, asam palmitat, asam stearat.
Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poli-unsaturat) cenderung berbentuk minyak. Contohnya ialah : asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.

Berdasarkan sifat mengering
Minyak mengering (drying oil)
Minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi lapisan tebal , bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Contoh: minyak kacang kedelai, minyakbiji karet
Minyak setengah mengering (semi-drying oil)
Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih lambat. Contohnya: minyak biji kapas minyak bunga matahari
Minyak tidak mengering (non drying oil)
Contoh : minyak zaitun, minyak buah persik, minyak kacang, dan minyak sapi

Klasifikasi menurut Lehninger
Lipid komplek (yang bisa mengalami saponifikasi) contoh : trigliserida
Lipid sederhana (yang tidak bisa mengalami saponifikasi karena tidak mengandung gliserol) contoh : terpen, steroid, prostaglandin dll.

Klasifikasi menurut Bloor
Lipid sederhana : ester as lemah dengan berbagai alkohol
Lemak : ester asam lemak dengan gliserol
lemak cair dikenal sbg minyak
Malam/wax : ester as lemak dengan alkohol mono hidrat BM tinggi
Lipid komplek : ester asam lemak yang mengandung gugus lain disamping alkohol dan asam lemak
Fosfolipid : mengandung residu asam fosfat
contoh : gliserofosfo lipid, sfingosin
Glukolipid : mengandung karbohidrat
contoh : sfingosin
Lipid komplek lainnya
contoh : sulfo lipid, amino lipid, lipoprotein.


Derivat lipid /prekursor lipid
Bentuk ini mencakup : asam lemak, gliserol, steroid, aldehid lemak,
benda-benda keton, vitamin larut lemak.

Fungsi Lipid
Begitu banyak fungsi dari lemak itu sendiri, diantaranya adalah sebagai pembangun sel. Lemak adalah bagian penting dari membran yang membungkus setiap sel di tubuh kita. Tanpa membran sel yang sehat, bagian lain dari sel tidak dapat berfungsi.Sumber energi. Lemak adalah makanan sumber energi yang paling efisien. Setiap gram lemak menyediakan 9 kalori energi, sedangkan karbohodrat dan protein memberi 4 kalori (Lehninger, A. L. 1990).
Melindungi organ. Banyak organ vital seperti ginjal, jantung, dan usus dilindungi oleh lemak dengan memberinya bantalan agar terhindar dari luka dan menahan agar tetap pada tempatnyaPembangun otak. Lemak menyediakan komponen penyusun tidak hanya bagi membran sel otak, tapi juga myelin, 'jaket' lemak yang menyelimuti tiap serat syaraf, yang membuatnya mampu menghantar pesan dengan lebih cepat. . Pembangun hormon. Lemak adalah unsur pembangun sebagian senyawa terpenting bagi tubuh, termasuk prostaglandin, senyawa semacam hormon yang mengatur banyak fungsi tubuh. Lemak mengatur produksi hormon seks (www.sulastowo.com).

Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak dan lemak ( Kataren, 2008 ).
Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3 molekul alkali.
Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai C-nya pendek, akan didapat bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan rantai C panjang. Mentega yang kadar butiratnya tinggi mempunyai bilangan penyabunan yang paling tinggi.
Bilangan penyabun = ((V2-V1).N HCL . BM NaOH)/(Berat minyak (gram))
(Winarno, F.G. 1991)

Bilangan Asam
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gramminyak atau lemak ( Kararen, 2008 ).
Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Dimana angka asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak . angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dan lurus, dimana bagian ujungnya mengikat gugus karbiksilat, asam lemak mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom karbon genap. Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak dapat bersala dari hewan maupun tumbuhan dan mempunyai rumus umum(Page,1989.

Uji Kelarutan
Uji kelarutan adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kelarutan lipid dalm senyawa lain. Uji kelarutan ini juga sering disebut dengan pengenceran. Dimana pengenceran sendiri merupakan proses pencampuran larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan menambah suatu pelarut,sehingga diperoleh volume akhir yang lebih besardengan konsentrasi yang lebih besar dengan konsentrasi larutan yang lebih rendah dimana pada proses ini volume dan kemolaran dari larutan tersebut ikut berubah. tapi jumlah mol zat terlarutnya tidak berubah. Pada uji kelarucuma pada uji kelarutan lemak lebih ke perubahan yang terlihat dari pencampuran lipid dengan larutan lainnya.
(Poedjiadi, A. 1994 )

BAB III
MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat
hari / tanggal : Senin, 6 Juni 2011
pukul : 08.00 – 12.30 WIB
tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK, UNDIP

Alat dan Bahan
No Nama Alat/ Bahan Gambar Fungsi
1. Erlenmeyer Untuk Meletakan Minyak / Blanko saat dititrasi
2. Tabung reaksi Untuk tempat saat minyak dilarutkan
3. Kompor Listrik Untuk memanaskan larutan
4. Pengaduk Untuk mengaduk larutan
5. Minyak ikan Sebagai sample yang akan di uji
6. NaOH Sebagai larutan Blangko yang digunakan
7. HCl Sebagai bahan yang akan di gunakan untuk menitrasi
8. etanol Sebagai larutan Blangko yang digunakan
9 Fenolftalein Sebagai indicator perubahan pH saat titrasi
10. Heksana Sebagai sampel yang akan di uji daya larutnya terhadap minyak
11. Air Untuk merendam larutan yang dipanaskan
12. Alcohol/ etenol Sebagai sampel yang akan di uji daya larutnya terhadap minyak
13. Na2CO3 Sebagai sampel yang akan di uji daya larutnya terhadap minyak

Metode Kerja
3.3.1 Penentuan bilangan penyabunan

Bilangan penyabunan = ((V2-V1).N HCL . BM NaOH)/(Berat minyak (gram))

Penentuan bilangan asam

Bilangan Asam= ((V2-V1).N NaOH.BM NaOH)/(Berat minyak (gram))

Uji kelarutan minyak/lemak


4.1.3 Uji Kelarutan Minyak / Lemak

No Sampel Pelarut Kelarutan Keterangan
1 Minyak ikan 1 ml air - Warna putih keruh
2 Minyak ikan 1 ml heksana ++++ Bening ada gelembung
3 Minyak ikan 1 ml alkohol + Warna agak keruh,muncul buih, pada bagian atas ada gelembungnya
4 Minyak ikan 1 ml Na2CO3 1% +++ Warna lebih keruh daripada pelarut alkoholutih susu pucat ada busanya

4.2 Pembahasan
Penentuan bilangan penyabunan
Pada penentuan bilangan penyabunan lipid ini, penambahan dengan NaOH dimaksudkan karena NaOH dapat mereaksikan minyak ikan (trigliserida) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut dalam non polar. Dari percampuran kedua larutan tersebut timbul gelembung-gelembung kecil, gelembung-gelembung kecil tadi ialah minyak yang bergerombol sendiri dan tidak bercampur dengan NaOH.
Penambahan indikator pp (fenoftalein) dengan larutan bertujuan untuk dapat memisahkan antara lapisan minyak dengan NaOH dan juga untuk menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa yang selanjutnya dilakukan dengan cara titrasi, titrasi dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pencampuran antara larutan agar bersifat homogen yang ditandai dengan warna larutan hasil titrasi ialah kuning. Dari hasil titrasi tersebut dapat diketahui nilai V2 nya yaitu sebanyak 1,3 ml. Sedangkan V1 diperoleh dengan cara atau metode yang sama dengan pencarian nilai V2 yaitu dengan metode titrasi, hanya saja tidak ditambahkan dengan minyak dan hasil yang diperoleh untuk nilai V1 adalah 1,2 ml.
Dari hasil akhir yang diperoleh dalam penentuan bilangan penyabunan yaitu dengan cara pengurangan nilai V2 terhadap V1 kemudian dikalikan dengan nilai konsentrasi HCl dan berat molekul (BM) NaOH lalu dibagi dengan berat minyak (gr) didapatkan nilai bilangan penyabunan sebesar 2.
Berarti bilangan penyabunan atau jumlah HCL yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak bernilai positif (+2) dimana penyabunan itu sendiri didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi karena adanya proses pendidihan minyak/ lemak dengan senyawa alkil kemudian dilakukan pengasaman larutan yang dihasilkan yang kemudian akan didapatkan gliserol dan campuran asam lemak (Hart, 2003).
Dalam praktikum kelompok kami dapat diketahui dengan jelas bahwa ternyata nilai volume dengan penambahan minyak ikan (V2) lebih besar daripada nilai volume blangko (tanpa penambahan minyak) (V1), sehingga hasil akhir pada bilangan penyabunan bernilai positive. Hal ini dapat disimpulkan dengan jelas bahwa dengan adanya penambahan minyak ikan atau tidak dapat mempengaruhi nilai V dan bilangan penyabunannya. Nilai V2 lebih besar daripada nilai V1 diakibatkan karena pemberian minyak ikan pada V2 menyebabkan minyak-minyak tadi membentuk gerombolan atau gelembung-gelembung minyak kecil yang ternyata mempengaruhi nilai volume yang berpengaruh terhadap nilai bilangan penyabunannya.
Penentuan bilangan asam
Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Untuk menentukan bilangan tersebut, dalam praktikum kali penentuan bilangan asam menggunakan 2 gram minyak ikan yang ditambahkan dengan 10 ml etanol, penambahan etanol dalam hal ini karena etanol bersifat asam. Langkah selanjutnya yaitu dengan penambahan 2 tetes indikator pp, indikator pp ini juga memiliki sifat asam yang selanjutnya dilakukan pemanasan larutan diatas pemanas yang dimaksudkan agar percampuran kedua larutan tersebut lebih cepat sehingga warna larutan berubah menjadi kuning bening. Langkah kerja selanjutnya dengan cara titrasi, titrasi dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pencampuran antara larutan yang satu dengan larutan yang lain agar bersifat homogen, sehingga didapatkan nilai dari V2 yaitu sebanyak 0,2 ml dan warna larutan menjadi kuning tua.
Nilai dari V1 diperoleh dengan cara atau metode yang sama dengan pencarian nilai V2 yaitu dengan metode titrasi, hanya saja tidak ditambahkan dengan minyak dan hasil yang diperoleh untuk nilai V1 adalah sebanyak 0,1 ml.
Dari hasil akhir yang diperoleh dalam penentuan bilangan asam yaitu dengan cara pengurangan nilai V2 terhadap V1 kemudian dikalikan dengan nilai konsentrasi NaOH dan berat molekul (BM) NaOH lalu dibagi dengan berat minyak (gr) didapatkan nilai bilangan asam yaitu 0,2.
Bilangan asam yang diperoleh dari proses tersebut bernilai positive yakni (+0,05). Dimana asam lemak itu sendiri adalah asam yang diperoleh dari porses penyabunan lemak/ minyak dengan senyawa alkil.
Nilai volume larutan dengan penambahan minyak ikan (V2) lebih besar daripada nilai volume larutan blangko (V1), sehingga hasil akhir pada penentuan bilangan asam bernilai positive. Hal ini dapat disimpulkan dengan jelas bahwa dengan adanya penambahan minyak ikan dan tidak dapat mempengaruhi jumlah NaOH yang dibutuhkan pada proses titrasi, sehingga berpengaruh juga terhadap nilai bilangan asam pada proses penentuan bilangan asam ini.
Uji kelarutan minyak/lemak
Untuk menegtahui kelarutan lipid pada beberapa larutan maka pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan. Percobaan uji kelarutan minyak/lemak pada praktikum kali ini dilakukan terhadap 4 pelarut yaitu air,heksana,Na2CO3, dan alkohol. Hasil yang didapatkan dari keempat pelarut tersebut setelah ditambahkan 1 tetes minyak/ lemak ikan kemudian dikocok selama 1 menit lalu didiamkan selama 5 menit didapatkan 3 pelarut yang menunjukan hasil atau nilai positif yang artinya bahwa pelarut tersebut dapat melarutkan lemak (bersifat non polar sampai semi polar) yaitu heksana, Na2C03 dan alkohol. Hal ini dikarenakan alcohol dan hekasana adalah pelarut organic yang mana maupakan sifat lemak dapat terlarut oleh pelarut organic.Sedangkan air tidak melarutkan lemak (bersifat polar). Hal ini berkaitan dengan strktur lemak yang terdiri dari bagian kepala dan ekor. Pada bagian kepala lemak memiliki sifat non polar (suka air) sedangkan pada bagian ekor bersifat polar (benci air).
Makin panjang ekor, makin benci molekul lipid tersebut terhadap molekul air. Akibatnya, kelarutan dalam air. Makin pendek ekor, makin suka molekul lipid tersebut terhadap molekul air. Akibatnya kelarutannya dalam air akan semakin besar.
Bila molekul asam lemak / lipid ada di dalam molekul air ( H2O ) maka ujung polar yang suka air akan mendekat dengan molekul air sedangkan ujung nonpolar yang benci air akan menjauh dari air. Jika satu molekul asam lemak di masukan ke dalam air murni maka molekul asam lemak tersebut akan mengambil posisi sesuai dengan sifatnya terhadap air tersebut.
Pada percobaan diatas, semua bahan diuji secara organoleptis yaitu uji yang meliputi panca indera, dalam hal ini adalah penglihatan. Pada uji kelarutan minyak ikan dengan air, saat minyak ikan ditambahkan sebanyak 1 tetes pada aquades, minyak tidak bisa larut dalam air karena air adalah senyawa polar, sementara minyak senyawa non polar. Semakin positive nilai kelarutan masing-masing larutan setelah ditambahkannya pelarut dengan minyak ikan, maka semakin tinggi nilai kelarutannya. Nilai kelarutan juga mempengaruhi warna hasil akhir larutan yaitu semakin tinggi nilai kelarutannya maka semakin jernih atau bening warna larutannya. (Keenan, 1992)

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
Nilai penyabunan dari minyak dengan penambahan NaOH Metanoleat dan 2 tetes indikator pp yang selanjutnya dititrasi dengan larutan HCL didapatkan nilai sebesar 18.
Penentuan bilangan asam dari 2 gram minyak ikan dengan penambahan etanol serta 2 tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N didapatkan nilai bilangan asam sebesar 0,4.
Minyak ikan tidak larut dalam air dan Na2CO3, larut tidak sempurna pada alkohol, dan larut dalam larutan heksana.

Saran
Untuk praktikum selanjutnya disarankan untuk praktikan agar mempelajari dan memahami modulnya terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum
Untuk praktikan disarankan lebih teliti dalam melakukan setiap langkah dalam praktikum agar hasilnya pun dapat maksimal.
Praktikan diharapkan lebih hati-hati dalm menggunakan alat praktikum.
Waktu yang digunakan untuk praktikum kedepannya lebih dimaksimalkan lagi jangan sampai terburu-buru.
Praktikum hendaknya tidak dilaksanakan pada saat libur bersama.
Praktikan hendaknya lebih siap sebelum melaksanakan praktikum agar mendapatkan hasil yang baik.
Asisten hendaknya mengontrol kinerja masing-masing praktikan.




DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Budiyanto, Silsia.D, Efendi,Z.,2008. “Perubahan Kandungan β-Karoten dan Kandungan Asam Lemak Bebas Minyak Sawit Merah Selama Pemanasan”, Seminar Nasional Sains dan Teknologi II, hlm : 207 – 215
Fessenden, Ralph J., dan Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Hart, Harold. (2003) Kimia Organik Suatau Kulaih Singkat. Erlangga: Jakarta.
Keenan, Kleinfelter, Wood. (1992). Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
Lehninger, Albert.1982.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Gramedia.
McGilvery Robert W dan Goldstein Gerald W, 1996. BIOKIMIA Suatu Pendekatan Fungsional Edisi ke 3 : Penerbit Airlangga University Press halaman 223
Page, David. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
www.smk3ae.wordpress.com/minyak-lemak/
www.lipi.go.id
www.sulastowo.com
www.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar