Powered By Blogger

Sabtu, 11 Juni 2011

Rumput Laut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Rumput Laut
Seaweed dalam dunia pedagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa latin yaitu algor yang berarti dingin. Ganggang laut adalah tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susnan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk thallus belaka. Bentuk thallus ganggang laut bermacam – macam, ada yang bulat seperti tabung, kantung, rambut, dan sebagainya (Duddington, 1971).
Percabangan thallus bermacam – macam ada yang :
1. dichotomus (bercabang dua terus-menerus)
2. pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama)
3. ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama)
4. sederhana, tidak bercabang. (Aslan,1991)

Sifat substansi thallus juga beraneka ragam, yaitu :
1. lunak seperti gelatin (gellatinous)
2. keras diliputi / mengandung zat kapur (calcareous)
3. lunak seperti tulang rawan (cartilagenous)
4. berserabut (spongious). (Aslan,1991)

Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik (Jana-Anggadiredjo, 2006).

Rumput laut adalah bentuk poliseluler dari ganggang (algae) yang hidup di laut. Pada umumnya rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu :
1. alga hijau (Chlorophyceae)
2. alga hijau biru (Cyanophyceae)
3. alga coklat (Phaeophyceae)
4. alga merah (Rhodopyceae).

Rumput laut ini merupakan tanaman yang banyak terdapat di hampir seluruh perairan bagian timur Indonesia. Rumput laut hidup dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, kulit karang, batu ataupun kayu.
Faktor faktor yang menentukan pertumbuhan rumput laut adalah :
1. jenis substrat
2. cahaya matahari
3. kondisi laut tempat rumput laut tersebut hidup.

Cahaya matahari adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh tanaman laut, sehingga pada kedalaman yang sudah tidak tembus cahaya matahari rumput laut tidak dapat tumbuh (Soegiarto et al, 1978).

Kandungan utama rumput laut adalah karbohidrat sebagai polisakarida kompleks berupa serat. Disamping itu rumput laut juga mengandung :
1. protein
2. sedikit lemak
3. abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium
4. vitamin-vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12 dan C, betakaroten
5. mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi dan iodium
(Jana-Anggadiredjo, 2006).

2.2 Pembagian Rumput Laut
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen – pigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Berdasarkan warna yang dimiliki masing – masing alga ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
1. Alga Merah (Rhodophyceae)
Klasifikasi menurut Carpenter dan Niem (1998) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieraciae
Genus : Euchema

Menurut Aslan (1991) Rhodophyta memiliki ciri – ciri umum sebagai berikut :
o Thalli (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng
o Berwarna merah, merah – coklat, hijau – kuning
o Bercabang selang – seling tidak teratur di atau tricotomus
o Memiliki benjolan (bulat nodule) dan duri – duri atau spines
o Substansi thalli gelatinous dan atau kartilagenous

Divisi Rhodophyta meliputi alga merah yang dapt dibedakan dengan alga eukariotik lain menurut kombinasi dari karakteristiknya. Dalam reproduksi, alga merah tidak memiliki stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksualnya melibatkan sel betina yang disebut karpogonia dan gamet jantan yang disebut spermatia (Dawes, 1981; Bold and Wyne, 1985; Sadhori, 1992).

Alga pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak. Alga dari divisi ini memilki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru), bersifat adaptasi kromatik, yaitu memilki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli, seperti merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning, dan hijau. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan selaran (Aslan, 1998).
Contoh : Euchema cottoni

2. Alga Coklat (Phaeophyceae)
Klasifikasi menurut Bold dan Wyne (1985) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Class : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum

Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh – tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapat alga berukuran raksasa dengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih.

Saat berreproduksi alga ini memilki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual. Persediaan makanan berupa laminaran (beta 1 – 3 ikatana glukan). Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat. Mengandung pyrenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis). Ukuran dan bentuk thali beragam. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik.
Contoh : Padina australis, Sargassum sp

3. Alga Hijau (Chlorophyceae)
Alga ini berwarna hijau, Chlorophyceae merupakan kelompok alga yang berwarna hijau rumput. Sel – selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas. Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofil dan b yang jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya, yaitu karoten dan xanthofil sehingga alga ini berwarna hijau. Contoh Caulerpa sp, Codium sp, Halimeda sp (Soenardjo, 2001).

Alga kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapibentuk umum yang djumpai bentuk filamen dengan septa atau tanpa septa, dan berbentuk lembaran (Romimohtarto, 2001).

Perkembangbiakan seksual sebagai berikut isi dari suatu sel biasa tumbuhan yang pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut gamet berbulu getar dua. Setelah gamet lepas ke air mereka bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel berkembang menjadi tumbuhan baru yang dikenal dengan sporofit, tetapi biasanya melalui fase benang dulu. Perkembangbiakan dapat juga secara aseksual. Setiap sel biasa dari tumbuhan zoospora berbulu getar empat. Zoospora ini setelah dilepas tumbuh langsung menjadi gametofit yakni tumbuh – tumbuhan yang menghasilkan gamet. Perkembangbiakan aseksual dapat pula terjadi dengan fragmentasi yang membentuk tumbuhan tak melekat (Romimohtarto, 2001).

2. Sifat - Sifat Reproduktif Rumput Laut secara Umum
Pada tanaman rumput laut dikenal tiga macam pola reproduksi, yaitu:
1. Reproduksi generatif (seksual) dengan gamet
2. Reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora
3. Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek)

Pergiliran keturunan antara seksual dengan aseksual merupakan pembiakan alami yang terjadi pada tanaman rumput laut, sedangkan pembiakan secara stek biasanya banyak dilakukan dalam usaha pembudidayaan rumput laut.
1. Reproduksi Seksual
Proses reproduksi seksual pada makroalga (termasuk rumput laut) pada umumnya berlangsung secara anisogami dan oogami yang mana keduanya lazim pula disebut heterogami. Pada makroalga termasuk rumput laut, gamet-gametnya dihasilkan oleh organ-organ khusus gametangia yang terdiri atas dua macam yaitu spermatangia (antheridium) yang menghasilkan sperma, dan oogonium yang menghasilkan sel telur (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003).

Sperma dan sel telur masing-masing memliki bentuk, ukuran, dan motilitas yang berbeda. Sperma umumnya ukurannya lebih kecil, berflagela dan tidak dapat bergerak. Namun demikian, pada alga merah (Rhodophyta), spermanya tidak berflagela dan dapat bergerak secara ameboid dan disebut spermatia. Spermatia dihasilkan didalam gametangia kecil yang disebut spermatangia. Sementara itu, oogonium pada alga merah berbentuk tonjolan yang disebut trichogyne yang merupakan tempat untuk menerima gamet jantan (sperma). Oogonium pada alga merah lazim disebut Carpogonium, (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003).

Pembentukan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum) dalam suatu proses perkawinan memiliki dua pola yaitu:
1) monoecious yaitu bilamana sperma dan ovum berasal dari satu individu
Alga-alga yang melakukan melakukan perkawinan secara monoecious biasanya disebut alga homothallus

2) dioecious yaitu bilamana sperma dan ovum masing-masing berasal dari individu yang berbeda, alga-alga yang melakukan perkawinan secara dioecious biasanya disebut alga heterothallus. (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003)

Alga memiliki tiga pola siklus hidup secara seksual, yaitu :

1. Pada pola siklus hidup yang pertama terdapat satu tipe individu yang hidup bebas yang bersifat haploid. Dalam hal ini terjadi pembentukan gamet pada alga yang telah matang. Gamet-gamet ini kemudian akan menyatu membentuk zigot yang bersifat diploid dan dapat mengalami dormansi. Bilamana saatnya tiba (kondisi baik), zigot ini dapat berkecambah, dan pada saat ini intinya mengalami meiosis sehingga menghasilkan zoospora, alpanospora atau juvenile yang seperti dengan alga dewasa dan bersifat haploid. Pola siklus hidup yang pertama ini disebut pula haplobiontik dan dilambangkan dengan symbol H,h dan banyak terjadi pada alga hijau (Chlorophyta) (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003).

2. Pada pola sikus hidup yang kedua, satu tipe individu alga yang hidup bebas bersifat diploid. Dalam hal ini meiosis terjadi pada saat pembentukan gamet (gametogenesis) sehingga gamet bersifat haploid, sedangkan individunya bersifat diploid. Pada siklus hidup seperti ini dilambangkan dengan H,d. Individu yang bersifat diploid dapat memperbanyak diri dengan aseksual. Contoh alga yang memiliki pola siklus hidup seperti ini adalah alga hijau yang berbentuk tabung, dan alga batu (Fucales) dari divisi Phaeophyta (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003). Berikut disajikan bagan daur hidup reproduksi haplobiontik diploid (H,d).

3. Pada pola siklus hidup yang ketiga terdapat dua tipe individu yang hidup bebas yaitu individu pengahasil gamet (gametofit) yang bersiofat haploid dan individu penghasil spora (sporofit) yang bersifat diploid. Gamet-gamet yang dihasilkan dapat menyatu membentuk zigot yang tidak mengalami masa dormansi. Zigot ini kemudian tumbuh menjadi sporofit yang bersifat diploid. Dalam hal ini, meiosis terjadi pada saat pembentukan spora (sporogenesis), Spora yang dihasilkan bersifat haploid dan kemudian berkembang menjadi gametofit. Baik sporofit maupun gametofit masing-masing dapat memperbanyak dirinya dengan cara aseksual.

Pola siklus hidup seperti ini dikenal dengan diplobiontik yang dilambangkan dengan symbol D,h+d, dan banyak terjadi pada alga merah (Rhodophyta). Siklus hidup diplobiontik ini ada dua macam, yaitu isomorphik dan heteromorphik. Dikatakan isomorphik bilamana gametofit dan sporofit memiliki kesamaan bentuk, sedangkan heteromorphik bilamana gametofit dan sporofit masing-masing bentuknya berbeda. Isomorphik dilambangkan dengan symbol Di,h+d, sedangkan heteromorphik dilambangkan dengan (Bold dan Wynne, 1985 dalam Swasta, 2003). Berikt disajikan bagan tipe daur hidup reproduksi seksual diplobiontik.

2. Reproduksi Aseksual
Pada alga, reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel daan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tertaspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umunya terdapat dapa alga merah. Pada alga yang bersel satu, setiap individu mempunyai kemampuan untuk membelah diri dan membetuk individu baru. Pada alga multiseluler seperti Enteromorpha, Polysiphonia, Glacilaria, dan Eucheuma, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan (Aslan, 1998).

3. Reproduksi Fragmentasi dengan potongan thallus
Dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Eucheuma, Glacilaria, umumnya dilakukan dengan penyetekan sebagai bibit untuk dikembangbiakan secara produktif. Dalam hal ini rumpun thalli alga dibuat potongan-potongan dengan ukuran tertentu (30 – 50 gram) untuk dijadikan bibit. Bibit stek ini ditanam dengan mengikatkannya pada benang-benang nilon diperairan dengan jarak tertentu atau pada rak apung. Pertumbuhannya dapat dilihat dengan bertambah besarnya bibit tersebut. Cepat atau lambatnya pertumbuhan tergantung pada jenis rumput laut dan mutu lingkungan penanaman (Aslan, 1998).

2.1.3 Produk Kimiawi yang Dapat Dihasilkan oleh Rumput Laut
Produk kimia yang dihasilkan oleh rumput laut adalah sebagai berikut.
1. Algin
Algin merupakan komponen utama dari getah ganggang cokelat (Phaeophyceae). Algin merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linear panjang (Winarmo, 1996).

Pada umunya algin terdapat pada semua spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Algin dapat diproduksi dari spesies Macrocytis pyrifera, Laminaria sp. dan Sargasum sp. Algin berfungsi sebagai bahan penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh industri makanan sebagai makanan dalam kaleng, pembuatan mentega, pembuatan es krim, pembuatan permen, pembuatan saos, dan lain-lain. Algin juga berfungsi sebagai bahan tambahan yang dimanfaatkan dalam industri tekstil, keramik, fotografi, obat pembasmi serangga, bahan pengawet kayu. Dalam industri farmasi, algin dimanfaatkan untuk pembuatan suspensi, emulsi, tablet, kapsul, plester, dan filter.

Khasiat senyawa alginat dalam dunia kesehatan adalah pada pembuatan obat antibakteri, antitumor, penurun tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan kelenjar. Hal itu karena unsur-unsur mineral yang terkandung didalamnya seperti iodium, seng, dan selenium (Winarmo, 1996).

2. Karagenan
Karagenan merupakan produk kimia yang dihasilkan oleh rumput laut dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Sumber karagenan untuk daerah tropis berasal dari spesies Eucheuma cottoni yang menghasilkan kappa karagenan. Karagenan sangat penting peranannya sebagai stabilitator, bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, dan pasta gigi.

3. Agar
Agar-agar diproduksi dari rumput laut yang terkolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Spesies dari kelas Rhodophyceae yang menghasilkan agar-agar yaitu Gracilaria sp., Hypnea sp., dan Gelidium sp. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan pembuat emulsi, bahan pengental dan bahan pembuat gel. Selain itu, agar-agar juga banyak dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan mikroba.

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Alat
1. Transek 1x1 m
2. Tali rafia 100 m
3. Plastik
4. Alat tulis (kertas / buku, pensil, bolpoin, penggaris)
5. Kamera digital
6. Masker dan snorkel
7. Sabak

3.2 Cara Kerja
1. Tarik garis lurus pantai sepanjang 100 m kea rah laut menggunakan tali rafia dari bibir pantai. Letakkan transek berukuran 1x1 m pada 20 m pertama dari pantai, 60 m dan 100 m dari titik pertama. Tiap titik dilakukan 1x transek.
A1 A2 A3 A4
A8 A7 A6 A5
A9 A10 A11 A12
A16 A15 A14 A13

2. Catat jenis rumput laut, substrat, dan biota yang berada dalam transek, pengulangan dilakukan 3x tegak lurus dengan garis pantai.
3. Amati jenis biota yang terlihat pada tiap – tiap subtransek.
4. Ambil substrat dengan kedalaman 10 cm pada tiap – tiap subtransek.
5. Ayak substrat tersebut dengan air untuk mendapatkan biota yang hidup.
6. Hitung jumlah biota pada setiap subtransek.
7. Gambarkan zonasi ekosistem rumput laut.
8. Catat aktivitas manusia yang ada di sekitar ekosistem tersebut.
9. Foto biota yang didapat.
10. Hitung :

Indeks Keragaman (H’)
H’ = - ∑ ( ni / N ) / Ln ( ni / N)
Dimana
H’ : indeks keanekaragaman Shannon – Weinner
N : jumlah total individu
ni : jumlah individu tiap spesies ke – i
Klasifikasi Indeks Keanekaragaman adalah sebagai berikut :
H’ < 1 : indeks keanekaragaman rendah 1 ≤ H’ ≤ 3 : indeks keanekaragaman sedang H’ > 3 : indeks keanekaragaman tinggi


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Klasifikasi
Kingdom :plantae
Divisi :Phaeophyta
Kelas :Phaeophyceae
Ordo :Dictyoles
Family :Dictyotaceae
Genus :Padina

5.2 Pembahasan
Rumput laut padina sp ditemukan pada substrat karang laut yang berada pada kedalaman kurang lebih 1,5 meter dibawah permukaan laut dan pada jarak kurang lebih 50 meter dari garis pantai.Jenis substansinya adalah cartilageneus.Cartilageneus berupa pasir pasir kasar yang menempel dibagian talusnya.
Dari praktilum yang dilakukan kemarin di Teluk Awur kita tidak mendapatkan biota lain.Yang berhasil ditemukan hanya rumput laut jenis Padina sp.

Berikut ini ciri-ciri padina sp:
• Bentuk Thalli seprti kipas
• Membentuk segment segment lembaran tipis dengan garis berambut radial dan perkapuran terletak pada bagian atas daun
• Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang memutih karena terdapat perkapuran
• Holdfast berbentuk cakram kecil berserabut
• Bagian atas lobus agak melebar dengan pinggiran rata.

Berikut merupakan klasifikasi dari Padina sp:
Kingdom :plantae
Divisi :Phaeophyta
Kelas :Phaeophyceae
Ordo :Dictyoles
Family :Dictyotaceae
Genus :Padina

Rumput memiliki 3 golongan yaitu:
1. Alga merah
Divisi Rhodophyta meliputi algae merah yang dapat dibedakan dengan algae eukariotik lain menurut kombinasi dari karakteristiknya. Dalam reproduksinya algae merah tidak memiliki stadia gamet berbulu cambuk.

Reproduksi seksualnya melibatkan sel betina yang disebut karpogonia dan gamet jantan yang disebut spermatia. Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak, Algae dari divisi ini memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru), bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti: merah tua,merah muda,pirang,coklat,kuning dan hijau.Dalam dinding selnya algae ini terdapat selulosa, agar,carrageenan,porpiran dan selaran.
Alga merah memiliki ciri ciri sabagai berikut:
• Thallus silindris
• Permukaan licin
• Warna coklat tua
• Memiliki duri-duri yang tumbuh melingkari thallus
• Ujung percabangan meruncing.
Contoh : Eucheuma cottonii.

2. Alga Hijau
Alga ini berwarna hijau, Chlorophyceae merupakan kelompok alga yang berwarna hijau rumput. Sel-selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas.Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofol a dan b yan jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya yaitu karoten dan xantofil sehingga algae ini berwarna hijau.Perkembangbiakan seksual sebagai berikut isi dari suatu sel biasa tumbuhan yang pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut gamet berbulu getar dua.Setelah gamet lepas ke air mereka bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel berkembang menjadi tumbuhan baru yang dikenal dengan sporofit,tetapi biasanya melalui fase benang dulu,perkembangbiakan dapat juga secara aseksual. Setiap sel biasa dari tumbuhan zoospore berbulu getar empat.Zoospora ini setelah dilepas tumbuh langsung menjadi gametofit yakni tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan gamet.Perkembangbiakan aseksual dapat pula terjadi dengan fragmentasi yang membentuk tumbuhan tak melekat.

Alga hijau memiliki ciri ciri sabagai berikut:
•Thallus membentuk stolon merambat dengan mempunyai akar penancap ke substrat dan ramuli timbul pada stolon antara perakaran
•Berbentuk menyirip tertaur rapat dan tipis dengan ujung ramuli mendua arah
•Warna hijau muda-hijau tua.
Contoh : Halimeda sp,Caulerpa sertularioides

3. Alga coklat
Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta karoten,violasantin,dan fukosantin.Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran sangat besar.Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus),bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria,Alaria,dan Laminaria,bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2 m ),bentuknya bercabang banyak (Fucus,Agregia) dan dari Pasifik terdapatalga berukuran rakasadengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang panjang (Nereocystis,Pelagophycus,Macrocystis),berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar,dan panjangnya 30 cm.

Alga coklat memiliki ciri ciri sabagai berikut:
•Bentuk Thalli seprti kipas
•Membentuk segment segment lembaran tipis dengan garis berambut radial dan perkapuran terletak pada bagian atas daun
•Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang memutih karena terdapat perkapuran
•Holdfast berbentuk cakram kecil berserabut
•Bagian atas lobus agak melebar dengan pinggiran rata.
Contoh : Padina australis,Sargassum sp


DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L.M 1991. Seri Budi Daya Rumput Laut. Kanisius.Yogyakarta
Bold, H.C. dan Wynne, M.J. (1985), Introduction to the Algae, Second Edition, Prentice-Hall Mc. Engelwood Cliffs New York.
Duddington, C. L. 1971. Beginners Guide to Seaweed. Pelham Book Ltd. London
Jana-Anggadiredjo, 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan.
Romimohtarto, K. dan Sri Juwana. 1999. Biologi Laut – Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Pusat Pengembangan Oseanologi – LIPI. Jakarta
Soegiarto. A., Sulistijo, W.S. Atmadja, H. Mubarak 1978. Rumput Laut (algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayannya. LON - LIPI Jakarta
Winarno, F., G., 1996, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar